Perjumpaan awal 1 Januari 2019. Perjumpaan yang tak terduga setelah cukup lama kami tak bersua. Harley Pattianakotta adalah anak Maluku yang menjadi pendeta pada Gereja Kristen Pasundan (GKP). Setelah memimpin Jemaat GKP Tanah Tinggi beberapa tahun, kini ia ditugaskan sebagai pendeta kampus Universitas Kristen Maranatha Bandung. Kami dulu kerap bertemu dan berdiskusi saat ia masih studi sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta. Waktu itu, Nancy Souisa masih bekerja sebagai Direktur Pelaksana (Dirlak) Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA) yang berkantor di salah satu ruang lantai 4 STT Jakarta.
Ia juga salah seorang pentolan aktivis mahasiswa yang waktu itu beberapa kelompoknya sering berkumpul salah satunya di kantin kampus STTJ (selain di Salemba 10 atau UKI Jakarta). Kalau tak salah ingat, ia juga pernah menjadi "kapten" FORMAMA (Forum Mahasiswa Maluku) simpul Jakarta. Beberapa kali diskusi juga sempat dilakukan di rumah "dinas" kami, di kawasan Kelapa Gading Vespa, Jakarta Utara, bersama beberapa yang lainnya seperti Dani Pattinaja Talakua dkk.
Pengalaman unik bersamanya adalah ketika dia dan Peter Salenussa membantu mengusung buku-buku dari rumah kami yang kebanjiran hampir selama sebulan pada tahun 2007. Kami mengungsi ke Guest House STTJ agar Nancy dapat tetap bekerja selama Jakarta "tergenang" air. Barang-barang yang lain tak bisa diselamatkan. Beta, Harley dan Peter bolak-balik antara Jalan Proklamasi (lokasi STTJ di Jakarta Pusat) dan Jalan Perintis Kemerdekaan (Jakarta Utara/Timur) untuk tetap mengawasi rumah yang kami tinggalkan terendam air dan lumpur. Kami hanya berusaha menyelamatkan buku-buku saja. Karena kondisi transportasi dan angkutan yang terbatas, kami hanya bisa mengangkut secara bertahap. Bahkan hingga malam hari, di tengah kegelapan karena aliran listrik terputus di seluruh kawasan perumahan Kelapa Gading Vespa. Kami bertiga seperti "tentara" yang sedang menyusuri daerah rawa-rawa dengan ketinggian air berwarna hitam kecoklatan sebatas pinggang orang dewasa.
Sukses untuk studi lanjutnya dan pelayanan kampusnya, bro Harley.
Perjumpaan awal ini adalah berkah sulung 2019. Gusti mberkahi!
Read more ...
Ia juga salah seorang pentolan aktivis mahasiswa yang waktu itu beberapa kelompoknya sering berkumpul salah satunya di kantin kampus STTJ (selain di Salemba 10 atau UKI Jakarta). Kalau tak salah ingat, ia juga pernah menjadi "kapten" FORMAMA (Forum Mahasiswa Maluku) simpul Jakarta. Beberapa kali diskusi juga sempat dilakukan di rumah "dinas" kami, di kawasan Kelapa Gading Vespa, Jakarta Utara, bersama beberapa yang lainnya seperti Dani Pattinaja Talakua dkk.
Pengalaman unik bersamanya adalah ketika dia dan Peter Salenussa membantu mengusung buku-buku dari rumah kami yang kebanjiran hampir selama sebulan pada tahun 2007. Kami mengungsi ke Guest House STTJ agar Nancy dapat tetap bekerja selama Jakarta "tergenang" air. Barang-barang yang lain tak bisa diselamatkan. Beta, Harley dan Peter bolak-balik antara Jalan Proklamasi (lokasi STTJ di Jakarta Pusat) dan Jalan Perintis Kemerdekaan (Jakarta Utara/Timur) untuk tetap mengawasi rumah yang kami tinggalkan terendam air dan lumpur. Kami hanya berusaha menyelamatkan buku-buku saja. Karena kondisi transportasi dan angkutan yang terbatas, kami hanya bisa mengangkut secara bertahap. Bahkan hingga malam hari, di tengah kegelapan karena aliran listrik terputus di seluruh kawasan perumahan Kelapa Gading Vespa. Kami bertiga seperti "tentara" yang sedang menyusuri daerah rawa-rawa dengan ketinggian air berwarna hitam kecoklatan sebatas pinggang orang dewasa.
Sukses untuk studi lanjutnya dan pelayanan kampusnya, bro Harley.
Perjumpaan awal ini adalah berkah sulung 2019. Gusti mberkahi!