Kurang beberapa menit pukul 24.00 hari Sabtu 14 Juni 2014, Nancy membangunkan beta dan bilang bahwa perutnya sakit. Kandungannya waktu itu memang sudah 9 bulan. Beta bangun dan bergegas menelepon Andre, teman yang biasa menyewakan mobilnya. Dia mengontrak rumah hanya satu rumah di sebelah rumah kami di kompleks Purisatya Permai Salatiga. Tak lama dia datang dan kami bergegas membawa Nancy ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Mutiara Bunda. Sesampai di sana langsung ditangani oleh para suster piket di IGD. Memang sejak bulan pertama kehamilannya yang kedua, Nancy ditangani oleh dokter Robby Hernawan yang praktek di RSIA Mutiara Bunda. Tapi ternyata pada hari itu, dr. Robby sedang berangkat ke Jakarta. Nancy ditangani oleh seorang dokter spesialis kandungan yang lain.
Beta mengurus semua ihwal administrasi dan menunggui Nancy dalam saat-saat kritisnya. Hampir 4 jam Nancy bergumul dengan bayi dalam kandungannya. Hingga pukul 5 dini hari Minggu tanggal 15 Juni 2014 tanda-tanda kelahiran masih belum tampak jelas. Sang bayi belum menembus bukaan 2. Diagnosa dokter menyatakan bahwa leher sang bayi terlilit tali pusar. Tapi dokter belum bisa mengambil keputusan lebih jauh. Masih meminta Nancy bertahan sementara mereka melakukan beberapa upaya dan melihat perkembangan. Hampir jam 6 pagi, beta dengan berat hati harus meninggalkan Nancy sendirian ditangani oleh para perawat karena harus mempersiapkan diri untuk memimpin pelayanan Ibadah Minggu di GKI Jalan Jendral Sudirman (Jensud) Salatiga jam 7.00 pagi, berlanjut ke ibadah jam 9.00, dan sore hari jam 18.00. Dengan hati berat, beta meninggalkan RSIA Mutiara Bunda kembali ke rumah untuk mempersiapkan diri. Sepanjang ibadah, beta berusaha berkonsentrasi pada pelayanan sambil terus berdoa untuk Nancy dan bayi kami. Beta baru bisa kembali ke RSIA Mutiara Bunda sekitar jam 11.30 usai ibadah kedua.
Sampai di RSIA Mutiara Bunda, beta langsung menuju ke IGD. Tapi sudah kosong. Seorang perawat di sana bertanya. Sebelum beta sempat menjawab, dia bilang bahwa bayi kami sudah dilahirkan dan sekarang mereka berada di kamar. Seluruh badan beta lemas karena cemas bercampur bahagia. Beta pun bergegas menuju ke kamar. Ternyata sudah ada tante Ida Imam Titaley, istri dari Prof. John Titaley (Rektor UKSW saat itu). Beliau adalah orang pertama yang menjenguk Nancy dan bayi kami. Perawat kemudian mengambil si nona kecil dan membawanya ke kamar agar beta bisa melihatnya. Nona kecil yang manis dengan teriakan tangis yang menggelegar. Kami menamainya KAILANI STACY GASPERSZ. "Kai" berarti "laut"; "lani" berarti "dewi". Dewi Laut. Nama itu kami ambil dari bahasa Pasifik (Hawaii). Sama seperti nama kakaknya, KAINALU, yang berarti "ombak laut".
Nancy pun bercerita bahwa proses melahirkannya tadi adalah melalui operasi caesar karena tali pusar melilit leher Kailani kecil. Nancy sendiri yang menandatangani surat kesediaan operasi karena beta tidak bisa dihubungi pada saat keputusan tersebut diambil. Operasi berjalan lancar dan bayi Kailani dilahirkan pada jam 10.00 tanggal 15 Juni 2014. Kebahagiaan yang menutupi seluruh kelelahan studi dan pergumulan karena beberapa minggu sebelum Nancy melahirkan, Mami Tin (mamanya Nancy) yang sedang bersama dengan kami untuk membantu mendampingi Nancy dalam persiapan melahirkan, terserang stroke. Beliau dirawat di RSUD Salatiga. Selama beberapa minggu setelah Kailani dilahirkan, beta harus bolak-balik dua rumahsakit untuk menjenguk Mami Tin dan Nancy/Kailani. Sampai kemudian Mama Eci, adik Mami Tin, bersedia datang ke Salatiga membantu kami dalam situasi yang sulit saat itu. Beliau datang bersama Alex (Lexy), putranya yang ketiga.
Ketika catatan kecil kenangan indah ini beta tulis, Kailani baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-5 di Ambon, 15 Juni 2019.
Selamat ulang tahun nona manis! Papa, mama dan kakak Kainalu (Kanu) sangat mencintaimu. Kainalu dan Kailani adalah sepasang malaikat yang Tuhan anugerahkan dalam hidup beta dan Nancy.