Aku menulis maka aku belajar

Tuesday, June 4, 2019

Guru Besar Sagu


Prof. Dr. Ir. Julius Elseos Louhenapessy, MS. menjadi Rektor UKIM periode 2004-2009. Pada periode itu beta dan keluarga sedang berdomisili di Jakarta. Beta mengikuti Nancy yang mendapat tugas sebagai Direktur Pelaksana (Dirlak) PERSETIA sejak tahun 2000. Tanggung jawab yang dijalaninya selama dua periode. Itulah yang menahan kami tinggal di Jakarta selama 10 tahun. Anak kami yang sulung, Kainalu Anariosa, lahir di Jakarta, bertumbuh dan mengenyam Pendidikan TK hingga kelas 4 SD di ibukota negara ini. Baru tahun 2009, tepat ketika Nancy mengakhiri masa kerja periode keduanya di PERSETIA, Fakultas Teologi UKIM meminta kami pulang untuk memperkuat staf pengajar pada almamater kami ini.

Tidak kerap perjumpaan dan dialog dengan Pak Co, demikian sapaan akrab beliau. Beta sempat mengenalnya ketika pada tahun 2001 terlibat dalam tim kerja pengembangan Program Pascasarjana Teologi UKIM “Injil dan Adat”. Kami mengundang beliau dalam semiloka tiga hari sebagai salah satu narasumber dengan kapasitas mewakili BAN-PT. Tegas dan langsung, ditambah gaya bicaranya ekspresif dan bersemangat, demikian kesan beta saat melihat penyajian gagasan beliau dalam semiloka itu. Sehari-hari beliau juga adalah seorang guru besar ilmu pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Seorang ahli pangan sagu yang komit dan tekun meneliti kemanfaatan sagu sebagai alternatif pangan masyarakat Maluku dan Indonesia.

Tak dinyana beliau kemudian terpilih menjadi Rektor UKIM periode 2004-2009. Masa-masa kepemimpinan beliau adalah masa-masa krisis dan sulit bagi UKIM. Kota Ambon didera konflik sosial antarkelompok beragama. Nyaris seluruh aktivitas sosial dan pendidikan lumpuh. Tapi UKIM harus tetap hidup. Pada masa-masa inilah karakter kepemimpinan Pak Co sangat berperan dalam menakhodai UKIM. Aktivitas kuliah tersendat-sendat, jumlah mahasiswa menyusut drastis, aktivitas akademik para dosen tidak berjalan, bahkan beberapa dosen keluar dari Ambon karena situasi yang tidak pasti dan sebagainya.

Sebagai seorang guru besar yang juga aktif dalam kerja-kerja pengawasan mutu perguruan tinggi melalui lembaga Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Pak Co sangat tegas dalam memberlakukan apa yang sudah menjadi aturan dalam pengelolaan perguruan tinggi. Bahkan nyaris tidak ada kompromi kalau sudah bicara aturan meskipun kondisi UKIM pada waktu itu terengah-engah dalam menata pola kerja kelembagaan karena fasilitas yang sangat minim. Karakter kepemimpinan yang tegas dan lugas semacam itulah yang ternyata membuktikan bahwa dalam segala keterbatasan akibat konflik sosial saat itu, UKIM teruji dalam mengatasi masalah-masalah administrasi pengelolaan perguruan tinggi dan selalu setia memperhatikan produk-produk regulasi nasional di bidang pendidikan tinggi. Itu pula yang membuktikan bahwa UKIM tetap kokoh berdiri dari puing-puing kehancurannya dan makin tegak melangkah dengan segala keterbatasan yang dimilikinya sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Maluku.

Terima kasih Pak Co. Selamat menempuh keabadian. Kami akan selalu mengenangmu dalam setiap langkah UKIM di masa depan.

No comments:

Post a Comment

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces