Sobat saya, Ikhsan Tualeka, kabarnya akan segera meluncurkan buku bertajuk "Maluku Menggugat". Salut! Tajuk yang seolah menahan sejenak detak jantung kebudayaan dari suatu masyarakat yang sejak negeri ini dinyatakan "merdeka" pada 75 tahun silam, seolah hanya menjadi pelengkap penderita. Mengapa menggugat? Apa yang digugat? Kita nantikan saja penerbitan buku Ikhsan Tualeka itu.
Tahun lalu (2019), sobat saya yang lain, Haris Touwely, sumringah dan bergegas pulang ke kampungnya, Riring, yang terletak di pegunungan Pulau Seram, tepatnya Kabupaten Seram Bagian Barat, Kecamatan Taniwel. Apa pasal? Katanya, ada peresmian jalan beraspal yang sudah mencapai kampungnya itu. Bagi kebanyakan orang yang terbiasa hidup di pusat-pusat kota, itu hal biasa. Tapi tidak bagi sobat saya ini dan seluruh warga kampungnya. Baru pertama kali ini sejak Indonesia dinyatakan merdeka 74 tahun silam (1945-2019), jalan beraspal bisa tembus hingga ke kampungnya itu.
Kemarin pagi seorang sobat lain, Samanery Juhri, mengirim tautan klip video kami belum merdeka yang memperlihatkan betapa besar perjuangan dan pengorbanan dari warga Desa Neat dan Desa Liang di Pulau Buru (Selatan) jika mereka hendak pergi ke tempat lain. Rekaman video itu menampilkan usaha warga kedua desa dengan membuat jembatan tali luncur untuk menyeberangkan orang di atas aliran sungai yang deras.
Tiga cerita itu, tentu saja, hanya cerita-cerita yang dianggap kecil dan bisa kita abaikan begitu saja selagi kita tidak merasa berkaitan dengan urusan perut dan duit kita. Cerita-cerita yang dianggap kecil dibandingkan dengan cerita besar korona yang menyedot stamina kebangsaan kita hanya dalam hitungan bulan. Bahkan memaksa pemerintah republik ini menggelontorkan trilyunan rupiah untuk mempersiapkan segala fasilitas dan obat/vaksin. Cerita-cerita itu memang hanyalah cerita orang kecil yang karena segala usaha mandirinya mengatasi segala keterbatasan infrastruktur hidup, mereka berjuang tanpa merasa perlu diberi penghargaan bintang jasa atau gelar kehormatan.
Semua itu hanya cerita-cerita pendek dari perjalanan panjang 75 tahun republik ini. Mungkin saja, akan segera tenggelam di tengah hiruk-pikuk pekik "merdeka" yang akan terdengar seharian ini (17 Agustus 2020).