Aku menulis maka aku belajar

Sunday, August 16, 2020

JaNus

Saya berterima kasih kepada para mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan UKIM (yang dinakhodai Dekan Belly) yang telah berpartisipasi aktif selama Semester Antara yang baru saja usai. Proses pembelajaran semester itu memang tak mudah karena berjalan tidak seperti masa-masa pra-pandemi. 

Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, diskusi-diskusi selama pembelajaran matakuliah "Pendidikan Multikultural" yang terkurung "dalam jaringan" telah menginspirasi ide-ide kreatif. JaNus ini contohnya. 

JaNus adalah proyek belajar kreatif untuk mengimplementasikan gagasan multikulturalisme dalam bentuk-bentuk praksis. JaNus adalah singkatan dari Jalan-jalan Nusantara. Ada 2 kegiatan yang dilakukan. Pertama, setiap mahasiswa harus mencari, menghafal dan menyanyikan lagu-lagu dari berbagai daerah Nusantara. Kemudian direkam dan diunggah pada Goggle Classroom matakuliah ini. Kedua, sebagai tugas akhir, setiap mahasiswa harus memilih 1 menu makanan khas daerah Nusantara dan membuat video tutorial mulai dari penyiapan bahan-bahan dasar yang dibutuhkan, cara pembuatan, hingga penyajiannya. Video itu kemudian diunggah juga pada Google Classroom matakuliah itu. 

Refleksi para mahasiswa mengenai proyek JaNus ini sangat menarik. Dari video lagu Nusantara, mereka mengakui betapa sulitnya menyanyikan lagu dengan bahasa yang mereka tidak kuasai. Meski lagunya akrab di telinga, tapi lidah mereka agak sulit melafalkan kata-kata dalam bahasa daerah tertentu. Memang syarat tugas ini adalah mahasiswa harus memilih lagu dari luar daerah Maluku. 

Demikian halnya dengan JaNus kuliner. Semula mahasiswa keberatan dengan syarat tidak boleh memilih menu yang sama. Saya memang meminta agar mereka berembug dulu di antara teman-teman sekelas dalam penentuan menu masakan. Ternyata setelah itu mereka mengakui banyak sekali menu masakan Nusantara yang baru mereka tahu. Eksperimen kuliner itu pun menjadi sesuatu yang menarik. 

Namun, yang terlebih utama ialah dari proyek belajar JaNus ini para mahasiswa mengakui bahwa "menjadi Indonesia" dengan segala keanekaragaman identitas ternyata tidaklah mudah. Dibutuhkan kerelaan untuk menegosiasikan identitas sendiri dengan berbagai identitas liyan, dituntut komitmen untuk mengelola secara arif bahan-bahan kebudayaan lokal yang bermacam-macam bentuk dan rasa menjadi suatu performa hibrid yang saling berdamai, dan diperlukan kapasitas untuk meresapi perbedaan sebagai kekayaan yang jika diramu dengan citarasa yang pas akan menghasilkan suatu perjumpaan yang nikmat. 

Saya mengapresiasi kerja keras para mahasiswa ini. Hanya sebatas itu yang bisa saya lakukan. Karena masakan yang sudah dibuat oleh para mahasiswa tidak bisa saya nikmati dengan lidah. Hanya menjadi kenikmatan untuk ditonton "sampe aer mulu tumpah". 

Selamat merayakan "menjadi Indonesia" yang ke-75 tahun. Semoga ingatan kita tidak melapuk bahwa pilihan menjadi Indonesia adalah kesepakatan bersama untuk meramu dan menghidupi aneka perbedaan identitas Indonesia itu. MENA MURIA!

No comments:

Post a Comment

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces