Aku menulis maka aku belajar

Sunday, March 2, 2025

Teologi Kontekstual: Suatu Pengantar


Judul: Teologi Kontekstual – Suatu Pengantar 
Penulis: Steve G. C. Gaspersz 
Penerbit: Aseni 
Tahun: 2025 

Pengalaman mengajar Matakuliah Teologi Kontekstual di Fakultas Teologi UKIM memberikan peluang bagi penulis buku ini untuk melakukan eksplorasi kepustakaan seputar teori, model, sejarah, dan studi kasus tentang “teologi” dan “konteks”. Dari pengalaman itu, makin menguat kesadaran bahwa lingkup jelajah studi teologi kontekstual itu sangat luas dan kompleks. Apalagi jika menempatkan konsep teologi kontekstual itu sebagai paradigma dari semua teologi: semua teologi adalah teologi yang kontekstual karena merupakan ekspresi intelektualitas dan spiritualitas yang dibentuk oleh komunitas beriman yang menghidupi konteks tertentu. Pada hakikatnya, setiap teologi berpijak pada dan berakar dalam “tanah” (konteks) yang spesifik. 

Proses pembelajaran teologi kontekstual (sebagai matakuliah) yang selama ini dilakoni dalam tugas sebagai dosen lebih diarahkan untuk menjelajahi berbagai kepustakaan dan latihan pengamatan/penelitian agar para pembelajar teologi (terutama mahasiswa) dapat menangkap nuansa kontekstual yang terungkap melalui percakapan dan dialog dengan berbagai komunitas yang hidup dalam berbagai lokus. Sementara pada sebelah lain, tidak banyak waktu yang dapat dialokasikan untuk melakukan semuanya itu secara utuh dalam proses perkuliahan. Padahal spektrum teologi dan konteks yang hendak didialogkan melalui artikulasi “teologi kontekstual” itu sangat luas. Yang tercapai kemudian, dari pengalaman tersebut, adalah pemahaman yang sangat parsial dan terbatas dalam memahami postur epistemik teologi kontekstual. 

Secara keseluruhan, peta jalan untuk studi lanjutan dalam teologi kontekstual, menurut penulis buku ini, mencakup penelusuran historis, eksplorasi lintas-budaya, dan dialog teologis yang dinamis. Kekayaan teologi kontekstual terletak pada keberaniannya untuk menghadapi perubahan dan beradaptasi dengan konteks-konteks baru, sambil tetap berpegang pada inti dari pesan Injil. Ini adalah proses yang membutuhkan keterbukaan untuk belajar dari budaya-budaya lain dan menerima bahwa setiap budaya memiliki kontribusi yang penting dalam memahami Kristianitas secara lebih komprehensif. 

Buku kecil ini lahir dari kenyataan dan keprihatinan penulisnya. Tidak ada pretensi untuk menyajikan suatu ensiklopedia teologi kontekstual di dalamnya. Yang ingin dicapai hanyalah suatu perspektif jendela yang memberi kesempatan kepada para pembelajar teologi kontekstual untuk melihat keluasan cakrawala teologi kontekstual tersebut dari bingkai jendela yang terbatas. Dari situ, setidaknya para pembelajar teologi dapat mencermati bahwa teologi kontekstual menampilkan kekayaan perspektif teoretik dan empirik yang menantang untuk dilanjutkan dengan kerja-kerja penelitian yang lebih konkret. Artinya, setelah melihat dari jendela, ada dorongan untuk menjumpai realitas dengan cara keluar melalui pintu dan merasakan atau terlibat dalam pengalaman-pengalaman sosial dan kebudayaan bersama komunitas. Dengan pemahaman itu, penulisnya secara sengaja menggunakan diksi “jendela” ketimbang “bab” (seperti lazimnya pada suatu buku).***

No comments:

Post a Comment

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces