Aku menulis maka aku belajar

Thursday, January 19, 2012

Pusat Studi Perdamaian UKIM: Agenda Besar


Hari ini, Kamis tanggal 19 Januari 2012, dilakukan peluncuran Pusat Studi Perdamaian UKIM yang bernaung di bawah pengelolaan Program Pascasarjana Teologi UKIM. Pilihan tanggal ini tentu bukan tanpa alasan. Tepat 13 tahun silam, kota Ambon bergolak dengan pertikaian antarkelompok massa yang makin membesar dan meluas hingga ke wilayah pulau-pulau lain. Peristiwa itu merembet dalam ruang dan waktu, memporak-porandakan tatanan sosial-budaya-politik-ekonomi bahkan pendidikan. Masyarakat Maluku terpenggal-penggal dalam kamar-kamar sempit kepicikan nurani yang terkunci rapat oleh fanatisme etnisitas, religiositas, bahkan politis. Semua melebur menyatu menjungkirbalik keharmonisan semu yang diagung-agungkan.

Setelah 13 tahun berlalu sejak awal tragedi pada 19 Januari 1999, baru tahun ini UKIM berhasil merealisasikan Pusat Studi Perdamaian sebagai bagian dari panggilan akademiknya menyikapi realitas sosial yang dirinya menjadi bagian di dalamnya. Terlambat? Tentu tidak. Lembaga ini tidak serta-merta menjadi indikator bahwa baru sekarang UKIM menyikapi secara serius isu konflik dan perdamaian. Sudah sejak 1999 "orang-orang" UKIM terlibat aktif dalam resolusi konflik dan berjuang bagi perdamaian. Tetapi itu masih bersifat sporadis dan fragmentaris. Oleh karena itu, PSP ini pada hakikatnya merupakan akumulasi cita-cita untuk menyikapi realitas konflik dan peacebuilding secara sistematis dan terorganisir.

Tentu saja ada harapan besar bahwa PSP tidak akan bernasib seperti "anak ayam kehilangan induk", yang kebingungan dalam memetakan realitas dan kalang-kabut dalam mengelola potensi bagi peacebuilding. Besar kepercayaan bahwa mereka yang diberi otoritas mengelola PSP mampu menjalankannya dengan baik. Namun, mereka tidak bisa bekerja sendirian. Yang paling dibutuhkan adalah kehendak baik dan motivasi besar dari kalangan sivitas akademika UKIM untuk menjadikan PSP sebagai ujung tombak manajemen konflik dan membangun budaya damai (culture of peace), terutama kalangan mahasiswa.

PSP UKIM hanya bisa hidup dan terus hidup oleh energi mahasiswa yang menyadari sungguh-sungguh potensi konflik dalam dinamika sosial kemasyarakatan di Maluku, juga MAU untuk terus belajar dari sejarah kelam perseteruan hebat yang telah meluluhlantakkan sendi-sendi kebudayaan lokal sejak 1999. Pada titik itu, PSP UKIM mestinya menjadi "sekolah" yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa UKIM untuk belajar dari sejarah kelam, berpikir dan bertindak untuk mengelola masa depan persaudaraan sejati. Ini sebenarnya agenda besar PSP UKIM.

Selamat berkarya!

No comments:

Post a Comment

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces