Secara pribadi, beta merasa bangga pernah (dan selalu) menjadi bagian dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Yogyakarta. ICRS adalah kolaborasi tiga universitas, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Kristen Duta Wacana, yang menyelenggarakan program pascasarjana jenjang S3. Menurut beta, ini kolaborasi yang keren dan menantang. Betapa tidak, tiga universitas dengan latar sejarah dan tradisi akademik yang berbeda-beda berkolaborasi menggelar program doktor untuk studi agama-agama.
Ketika masih studi 2011-2016, mahasiswa ICRS punya akses untuk terlibat dalam proses-proses kuliah dan diskusi di tiga kampus ini. Maka tidak heran, semasa berjibaku kuliah dulu mahasiswa ICRS dikenal sebagai spesies "omnipresence". Hadir dimana-mana. Apalagi kalau ada hajatan seminar atau ujian disertasi di tiga kampus ini.
Yang paling menantang tentu saja adalah kesempatan untuk belajar dari para guru yang mempunyai kapasitas keilmuan yang beragam dan pengalaman penelitian yang sangat kaya. Berbagai tradisi akademik dan kekayaan perspektif tersebut telah banyak melahirkan dialektika kritis mengenai studi agama-agama di berbagai kawasan. Dengan model kolaborasi semacam itu, maka mahasiswa ICRS sebenarnya adalah "mahluk" hibrid yang berkelana dalam rimba aneka ilmu, metode dan tradisi keilmuan, yang dalam konteks studi agama-agama, didesak masuk terlibat dalam wacana dan praksis religiositas yang sangat majemuk.
Dari UIN Sunan Kalijaga, ada nama-nama seperti Prof. Amin Abdullah, Prof. Noorhaidi Hasan, Dr. Siti Syamsiyatun, Dr. Sahiron dan beberapa lainnya; dari UKDW ada nama-nama, Prof. Gerrit Singgih, Dr. Hehanussa Jo, Dr. Farsijana Adeney-Risakotta, Prof. Banawiratma, Dr. Paulus Wijaya dan beberapa lainnya. Plus sejumlah guru dari Universitas Gadjah Mada, seperti Prof. Pm Laksono, Prof. Bernie Adeney-Risakotta, Dr. Dicky Sofjan, Dr. Samsul Maarif, Dr. Wening Udasmoro, Dr. Leo Epafras dan yang lainnya. Bahkan harus juga disebut nama-nama seperti Dr. Haryatmoko dan Dr. Tri Subagya dari Universitas Sanata Dharma.
Dengan "wajah" yang hibrid semacam itu, sulitlah untuk mengatakan universitas mana yang menjadi almamater dari para lulusan ICRS. Selain mengakui bahwa ketiga universitas itulah yang semuanya menjadi almamater.
Maka ketika hari ini, UIN Sunan Kalijaga merayakan 67 tahun eksistensinya berkiprah dalam dinamika pendidikan tinggi di Indonesia, beta pun menjadi bagian dari sukacita bersama seluruh civitas academica dan para alumninya.
Terima kasih para guru di UIN Sunan Kalijaga yang pernah menjadi penantang-penantang keilmuan yang andal dan membagi semangat persaudaraan lintas-agama dan lintas-ilmu bagi beta dan rekan-rekan lain alumnus ICRS. Terima kasih pula untuk para sahabat yang berkarya sebagai guru di UIN Sunan Kalijaga: Dr. Moch Nur Ichwan, Dr. Masroer Ch Jb, Dr. Ahmad Salehudin dan yang lainnya, yang turut membentuk karakter persahabatan yang terbuka bagi kekayaan tradisi ilmu dan keberagamaan.
Selamat untuk almamaterku UIN Sunan Kalijaga! Tetap berkarya bagi kemanusiaan dan keindonesiaan yang kaya warna identitas ini.
Photo courtesy: Masroer Ch Jb
No comments:
Post a Comment