Aku menulis maka aku belajar

Wednesday, May 16, 2018

ICRPC 2018


Terima kasih yang dalam kepada rekan-rekan panitia dan semua yang telah membantu dalam berbagai bentuk sejak persiapan awal hingga akhir pelaksanaan International Conference on Religion and Public Civilization (ICRPC), 3-5 Mei 2018 di Hotel Pacific Ambon. Pengorbanan dan kerja keras kita semata-mata bukan demi prestise kelembagaan melalui konferensi ini, namun yang terlebih fundamental adalah mengawali suatu proses membangun atmosfer akademik yang sehat untuk bertukar gagasan sekaligus mekanisme saling kritik yang menghidupkan.

Sekali lagi, ini barulah awal. Masih panjang proses yang harus dijalani bersama-sama ke depan. Tentu saja, tidak sedikit tantangan yang harus kita hadapi sebagai lecutan motivasi, koordinasi dan eksekusi agar perjumpaan-perjumpaan semacam ini makin memanas sebagai arena mematangkan kultur akademik di kalangan jejaring komunitas kampus-kampus di Maluku.

Ada sembilan pembicara utama yang diundang dalam konferensi ini. Mereka adalah Prof. Dr. Dieter Bartels (antropolog dari Arizona USA), Prof. Dr. Ruard Ganzevoort (Vrije Universiteit Amsterdam), Prof. Dr. Bernard Adeney-Risakotta (ICRS Yogyakarta), Prof. Dr. Hermien Soselisa (Universitas Pattimura), Alissa Wahid (Jaringan Nasional Gusdurian), Prof. Dr. Al Makin (UIN Sunan Kalijaga), Tri Subagya, Ph.D (Universitas Sanata Dharma), Dr. Subair (IAIN Ambon) dan Dr. John Ruhulessin (UKIM Ambon). Selama dua hari pertama para pembicara utama tersebut mengajak merefleksikan sejumlah paradigma yang perlu dipertimbangkan oleh kerja-kerja keilmuan lintas-disiplin. Butir-butir reflektif tersebut memperkaya diskusi di klas-klas parallel sessions.

Meskipun beberapa rekan dosen dari kampus-kampus di luar Maluku terkendala oleh biaya transportasi yang tak digelontorkan oleh otoritas kampus mereka atau alasan-alasan lainnya, namun semangat mereka nyata dari mengalirnya makalah-makalah mereka kepada panitia. Sebagian lain pemakalah bisa datang untuk berbagi hasil-hasil riset mereka dalam konferensi ini. Parallel sessions yang digelar sejak hari pertama menjadi ajang diskursus keilmuan dari berbagai perspektif.

Dari kampus mungil UKIM, kami memulai langkah-langkah kecil bersama dengan mimpi-mimpi besar.

Mena Muria!

No comments:

Post a Comment

One Earth, Many Faces

One Earth, Many Faces