BERANI KELUAR DARI ZONA NYAMAN UNTUK MELAKUKAN TEROBOSAN BAGI KEMASLAHATAN
Catatan singkat dari khotbah Pdt. Dr. Steve Gaspersz, M.A.
Oleh: Pdt. Alfred Ohman, M.Si
Video singkat tentang profil Nadiem Makarim dan dr. Terawan, menjadi pengantar khotbah Pdt. Dr. Steve Gaspersz yang menohok dalam ibadah minggu kemarin (27 Oktober 2019) di gedung gereja Nehemia.
Dengan lugas, Pendeta Steve mengulas tentang dua menteri pilihan presiden Jokowi itu, yang dinilai tidak hanya punya kecerdasan dan mindset yang brilian, tetapi juga keberanian dalam melakukan terobosan di bidangnya masing-masing secara konsisten meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Poin ini sekaligus memberi jawaban atas debat hangat beberapa hari belakangan tentang posisi orang Maluku yang tidak masuk dalam jajaran kabinet. Kendala kita bukan soal tidak ada orang cerdas, melainkan ketidakberanian dalam melakukan inovasi, tandasnya.
Kalau begitu, apa penyebabnya? Pendeta Steve kemudian menguraikan teks Lukas 9:57-62 tentang hal mengikut Yesus. Di sini beliau menjelaskan tentang ucapan Yesus bahwa Ia tidak punya tempat untuk meletakan kepala-Nya. Menurutnya pengertian ini bukan tentang Yesus yang tak punya tempat tinggal (homeless) tetapi lebih kepada seorang yang bebas dan tidak hidup dalam bayang-bayang patron seperti orang-orang Yahudi pada saat itu yang berada di bawah kekaisaran Romawi. Ucapan ini sekaligus menjadi kritikan bagi para pemberontak tetapi juga para "alim ulama" yang cenderung bermain aman daripada bernyali profetik.
Selanjutnya, saya menangkap bagaimana pendeta Steve mengulas tentang ajakan Yesus "ikutlah aku" yang kemudian diresponi dengan dua jawaban. Yang pertama izinkan aku menguburkan bapakku dan kedua izin pamit dari keluarga. Dari dua jawaban ini ia lalu menjelaskan bahwa tradisi dan ikatan keluarga juga menyebabkan seseorang tidak berani melakukan terobosan. Yesus tentu tidak bermaksud tidak menghargai tradisi dan keluarga. Dalam pelayanannya, Yesus sendiri telah menampilkan bahwa ia berani menembusi tradisi dan ikatan keluarga dengan mengunjungi langsung setiap orang tanpa memilah-milah status sosialnya serta memberi jawaban atas setiap persoalan yang dihadapi. Yesus sang pemuda 33 tahun itu mampu melihat apa yang dibutuhkan manusia dan karena itu ia berani melakukan terobosan. Bagi pendeta Steve, terobosan dan inovasi adalah spirit Kekristenan.
Lebih lanjut, dari khotbahnya juga mengingatkan agar kita tidak terbius oleh romantisme masa lalu sembari mempertanyakan dimana sesungguhnya posisi kita. Apakah berada di barisan orang-orang yang berinovasi ataukah sama seperti orang-orang yang hidup di bawah bayang-bayang tradisi dan ikatan keluarga. Gereja mesti berani melihat keluar tentang kemana arah pendidikan kita, gumulan keumatan, begitupun tentang anak-anak muda kita.
Dalam khotbahnya, ia mengungkapkan bahwa mengikut Yesus tidak cukup hanya mengagumi simbol salib Yesus tapi mampu menjadi teladan Kristus.
Mengikut Yesus tidak hanya berkaitan dengan kesibukan ritual tetapi bagaimana menjadi ASN atau Anggota TNI/Polri yang disiplin, menjadi mahasiswa yang menghargai keringat orang tua dan mampu berprestasi, tidak cepat puas dan merasa cukup dengan apa yang kita ketahui, sebab di situlah pertaruhan kita. Beliau pun mengingatkan bahwa dunia hari ini bicara tentang data dan bukan berdasarkan perasaan dalam pengambilan keputusan ataupun ikatan keluarga.
Ia juga memberi pesan bahwa orang tua perlu membangun komunikasi dalam menyiapkan anak-anak sebagai pemimpin, tentu bukan dengan umpatan dan makian tetapi dorongan yang memotivasi. Sementara di lain sisi, ia menantang para pemuda untuk keluar dari kenyamanan dan melakukan terobosan-terobosan bagi kemajuan.
Terima kasih, Pendeta Steve atas khotbahnya yang menukik dan menginspirasi beta serta kawan-kawan pemuda di perayaan 91 tahun Sumpah Pemuda untuk lebih produktif melalui berbagai terobosan.
Bagi beta Sumpah Pemuda adalah momentum yang menegaskan keberanian orang-orang muda untuk melakukan terobosan sama seperti seperti yang telah dilakukan Yesus sebelumnya.
Teruslah bergerak, pemuda Maluku. Kobarkan semangatmu untuk melakukan terobosan. Jang takisu. Tarus maju voor hal bae. Biar apa datang dari muka, jangan undur eee..
Tabea!