Beredarnya rumor bahwa akan didatangkan pasukan Brimob dari
Makassar menimbulkan tanda tanya di kalangan warga kota Ambon. Seorang pemuda,
AB, mengatakan, “Katanya
situasi terkendali, kok minta bantuan dari Makassar?” Kegalauan tersebut
cukup dipahami karena pengalaman awal konflik 1999 kedatangan pasukan TNI dari
KODAM Wirabuana Makassar ternyata tidak berdampak siginifikan bagi pemulihan
kondisi keamanan saat itu. Malah ditemukan fakta bahwa anggota-anggota TNI dari
luar Maluku tersebut turut terpengaruh psikologi massa yang saling bentrok
sehingga alih-alih menjaga keamanan malah beberapa oknumnya tidak disiplin pada
misi penugasannya di Ambon.
Aktivitas warga kota berjalan seperti biasa. Namun banyak
yang masih menghindari jalur-jalur yang dianggap rawan. Sebagai konsekuensinya,
sebagian warga terpaksa harus menyusuri jalan perbukitan untuk pergi ke kantor
atau ke sekolah karena sarana angkutan umum belum beroperasi normal. Banyak
yang menyesalkan pecahnya bentrokan massa kemarin. Warga kota Ambon sungguh
menyadari bahwa tidak ada keuntungan apapun dengan peristiwa pertikaian semacam
ini. Ujung-ujungnya, rakyat menderita dan mengalami kemunduran dalam bidang ekonomi
serta pendidikan.
“Mari katong buka biji mata la lia katong dapa apa dari samua ini. Sampe jua” [Mari kita buka mata untuk melihat apa yang kita dapat dari semua ini. Cukuplah.], demikian ratap EN, seorang ibu muda, yang terpaksa harus meliburkan anaknya dari sekolah dan tidak bisa pergi berjualan. Sementara sepeda motor suaminya turut menjadi korban amuk massa, padahal kreditnya belum lunas.
No comments:
Post a Comment